Senin, 17 Desember 2007

HARGA MAHAL DARI GAYA HIDUP KITA (bagian I)

FAST FOOD, MAKAN UNTUK MERACUNI DIRI
Apa yang dimaksud dengan fast food?
Fast food (makanan cepat saji) adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk. Fast food (makanan siap saji) biasanya berupa lauk-pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan. Termasuk pula ke dalam kategori Fast food adalah makanan ala Barat yang biasanya dijual di restoran-restoran khusus (resto fast food) seperti pizza, humberger, fried chicken, dan chicken nugget. Menurut Media Indonesia (2003) instant food yang beredar tercatat 500 – 600 jenis. Jenis tersebut terdiri dari minuman dan makanan yang diproduksi dalam skala kecil dan besar.
Apakah bahaya fast food bagi saya?
Bahaya fast food dapat dilihat dari dampak negatif zat aditif seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel Dampak negatif zat aditif berlebihan

Zat Aditif
Dampak terhadap kesehatan
Sulfit
· Menyebabkan sesak napas, gatal-gatal dan bengkak.
Zat Warna
· Menimbulkan alergi
· Menimbulkan kanker hati
· Menyebabkan hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid.
MSG
· Kerusakan otak
· Kelainan hati, trauma, hipertensi, stress, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migren, asma, ketidakmampuan belajar, dan depresi.
BHT & BHA
· Menyebabkan kelainan kromosom pada orang yang alergi terhadap aspirin.
Pemanis
· Menyebabkan kanker kantong kemih (saccarin).
· Gangguan saraf dan tumor otak (aspartan).
· Mutagenik.
Sumber: Desriani et al (2003)
Di samping bahaya dari zat aditif fast food di atas, bahaya lain yang dihadapi oleh konsumen atau pengguna fast food adalah efek samping bahan pengemas. Unsur-unsur bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena terdapatnya zat plastik berbahaya seperti PVC yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992) kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik (Kompas, 2003).
Fast food merupakan makanan yang menjadi biang keladi melonjaknya penderita obesitas, terutama di kalangan generasi muda dan penyebab penyakit kelebihan zat gizi seperti jantung, tekanan darah tinggi, kanker, stroke, diabetes, degeneratif, dan meningkatkanya kadar kolesterol maupun trigliserida dalam darah. Selain itu kandungan Natrium dalam fast food sedikitnya 2275 mg padahal natrium yang dibutuhkan tubuh tidak lebih dari 200 mg. Natrium yang berlebihan dapat menyebabkan kekurangan kalium, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi otot jantung dan kelambanan proses penghantaran rangsangan syaraf. Hal ini dapat terlihat dalam gejala otak yang ‘tulalit’ atau sulit berfikir.
Di dalam fast food memang kaya akan protein namun perlu diingat bahwa konsumsi protein hewani berlebihan justru dapat menghambat penyerapan kalsium yang dapat mengakibatkan pengeroposan tulang sehingga anda akan terancam mengalami osteoporosis.
Fast food sebagai makanan, tak layak untuk dikonsumsi. Makanan tersebut hanya layak untuk masuk ke keranjang sampah saja. Oleh sebab itulah para ahli gizi sekarang ini sering menganjurkan kembali ke makanan tradisional yang lebih kaya gizi dan serat kasar.
Benarkah bahwa memakan fast food sama saja dengan memakan lemak?
Fast food memang makanan yang kaya lemak. Hal tersebut terletak pada cara pengolahannya. Biasanya Perusahaan induk waralaba mewajibkan restoran fast food untuk menggunakan bahan tertentu dengan standar tertentu pula. Contohnya fried chicken harus dibuat dari ayam negeri atau ras, bukan ayam kampung.Untuk mendapatkan ayam goreng yang gurih maka minyak yang digunakan berasal dari hewani atau minyak nabati hidrogenisasi yang memiliki titik didih tinggi. Ayam harus digoreng dengan banyak minyak (deep fry) pada suhu tertentu agar bagian luarnya kering, tapi bagian dalamnya tetap segar dan tetasa manis. Namun dengan digorengnya secara deep fry, lemak fast food bisa meningkat hingga tiga kali lipat dari kadar lemak bahan mentah, seperti lemak fried chicken dan chicken nugget rata-rata 40-64% padahal ketika masih mentah berkadar lemak 25%.
Selain itu ketika digoreng, jaringan sel ayam yang longgar dan kadar air yang menguap akan diisi minyak. Semakin lama ayam digoreng maka semakin kering (crisp) sehingga banyak pula minyak yang diserap. Selain itu ayam ras sudah memiliki jaraingan lemak bawah kulit lebih banyak daripada ayam kampung, jadi wajar saja jika fried chicken kalorinya sangat tinggi antara 300 sampai 1500 kalori per potong.
Cara pengolahan yang sama terjadi pula pada Hamburger, donat dan pizza Dengan bahan dan cara pengolahan yang demikian maka fast food menjadi sangat padat kalori, berlimpah lemak, kolesterol tinggi, kaya protein dan juga banyak mengandung natrium yang berupa garam dapur (natrium klorida) dan vetsin (natrium glutamat). Dari semua hal itu sebaliknya fast food merupakan makanan yang sangat miskin serat kasar yang semestinya harus banyak tersedia di dalam tubuh.
Berapakah kadar kalori, lemak dan kolesterol makanan ala-Barat yang saya konsumsi?
Kadar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jenis
Takaran
Kalori
Lemak
Kolesterol
Potato chips
1 OZ
150
9,1
-
Pop corn
100 gr
456
21,8
Keju chaddar
10%
112
9,1
30
Spaghetti
1 porsi
280
7,0
20
Es Krim
1 gelas
349
23,8
80
Hamburger
1 porsi
250
12,0
27
Kentucky fried chicken
1 porsi
13-19
9,0-12,0
27
Mc. Donald’s Humberger
1 porsi
255
10,0
25
Pizza Hut (tanpa Produk hewani)
1 porsi
680
22,0
-
Rib steak (Sapi)
3 OZ
200
10,0
68
Sirloin Steak (Sapi)
3 OZ
182
8,7
65
Tender Loin (Babi)
3 OZ
141
4,1
79
Sumber: Cholesterol & Children, By: Robert E. Kowalski (1990).
Jika saya seorang pelanggan setia fast food, bagaimana kaitannya dengan kebutuhan kalori saya?
Kebutuhan kalori rata-rata perhari adalah 2000 kalori. Satu paket fast food reguler yang umumnya terdiri dari fried chicken, kentang goreng disertai minuman soft drink sudah mengandung 1500 kalori. Kalori akan bertambah lagi jika Anda menambah pesanan seporsi coleslaw mengandung 125 kalori, apple pie 300 kalori, milk shake 350 kalori, chicken nugget 275 kalori. Apabila semuanya itu dikonsumsi maka lengkaplah sudah. Anda akan mengalami masalah kegemukan. Hal ini dapat terjadi karena kalori yang dikonsumsi sudah melebihi anjuran kecukupan rata-rata sehari-hari sebesar 2000 kalori.
Anjuran kecukupan konsumsi lemak dalam sehari sekitar 10% setara dengan 25 mg lemak tidak lebih dari 20%, paling banyak 45 mg. Namun dengan menyantap seporsi paket fried chicken reguler yang mengandung sedikitnya 65 mg lemak berarti itu sama saja telah meracuni tubuh sendiri.
Mengapa banyak orang yang mengonsumsi fast food?
Orang yang mengonsumsi fast food biasanya memiliki anggapan bahwa itu merupakan bagian dari gaya hidup modern. Fast food selalu dikaitkan dengan gengsi. Pengaruh teknologi informasi misalnya televisi sangat besar dalam proses pembentukan memori masyarakat. Iklan makanan cepat saji seperti ayam goreng (fried chicken) yang hampir setiap saat ditonton juga akan membentuk proses meniru pola makan mereka. Ini juga mempengaruhi anak dalam memilih makanan. Saat ini fast food masih merupakan makanan favorit bagi orang kantoran yang sibuk dan tak punya banyak waktu untuk menyiapkan sendiri makanan di rumah.
Adakah bukti konkrit bahaya mengonsumsi fast food?
Walau belum menjadi momok mengerikan seperti jenis kanker lain, kanker usus besar (kolon-rektum) lumayan berbahaya. Situs berita HealthDaysNews belum lama ini menyatakan tahun 2004 di Amerika Serikat (AS) saja sudah ada 57.000 orang meninggal akibat kanker usus besar. Mayoritas (97 persen) penderitanya adalah mereka yang berusia di atas 40 tahun. Di Indonesia pasiennya belum terdeteksi secara pasti. Namun Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menyatakan setiap tahun menerima 50 pasien baru penderita kanker usus besar.
Sedemikian besarnya risiko kanker usus besar ini kian mengintai, sampai-sampai di di AS bulan Maret ini ditetapkan sebagai bulan kewaspadaan terhadap kanker usus besar. Hal tersebut diakibatkan semakin banyaknya orang di AS yang mengonsumsi makanan siap saji yang notabene memiliki kandungan serat sangat rendah..
Siapa yang berpotensi kena kanker usus besar? Tentu saja mereka yang paling sering mengonsumsi makanan berlemak seperti yang disajikan pada rumah makan cepat saji. Makanan berlemak seperti hamburger, ayam goreng, kentang goreng, dan sejenisnya hanya akan memperlambat waktu transit makanan. Zat karsinogenik yang terkandung dalam makanan tadi akan lama mengendap di dinding usus sehingga memicu pertumbuhan kanker di sana.
Gambar kanker usus
Studi lain yang dilakukan Dr. David Ludwig, pakar obesitas anak dari Boston’s Children’s Hospital, menunjukkan bahwa ternyata ada kaitan antara maraknya restoran cepat saji alias fast food dengan meningkatnya obesitas. Kegemukan berlebih ini sekarang sudah menjadi masalah serius di Amerika Serikat (AS), di mana satu dari sepuluh anak menderitanya
Bagaimanakah upaya minimalisasi dampak negatif fast food?
Untuk mengurangi dan minimalisasi dampak negatif fast food dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain:
Secara Internal :
Ingatlah pesan Al-Qur’an dan As-sunnah tentang pola makan dan minum.
Mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi fast food.
Meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengonsumsi vitamin. Beberapa vitamin yang diduga mengandung zat antikarsinogen di antaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal makanan sehat dari rumah.
Secara Eksternal :
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan.
Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.
Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.
SUMBER BACAAN
Atterwill, C.K., and J.D. Flack. 1992. Endocrine Toxicology. Cambridge University Press
Banjarmasin Post. 2005. Batasi Konsumsi Fast Food. Edisi Kamis, 03 Maret 2005
Desriani et al., 2003. Fenomena Makanan Siap Saji terhadap Kesehatan Konsumen. Program Pascasarjana / S3. Institut Pertanian Bogor
Fast food, Lezat tapi sarat Bahaya. (Online). (http://www.hanyawanita.com/). Diakses tanggal 20 Januari 2007.
Ikrawan,Yusep. 2005. Dampak Makanan Siap Saji Bagi Tubuh. Cakrawala. Edisi Kamis, 16 Juni 2005
Kompas. 2003. Konsultasi: Lajang & Bahaya Kemasan Styrofoam. (Online). (http://www.kompas.com/.). Diakses tanggal 20 Januari 2007.
Kompas. 2004. Penduduk Hongkong Penggemar Makanan Cepat Saji Terbanyak di Dunia. Edisi Jumat, 24 Desember 2004
Kompas. 2004. 30 Hari Melahap McDonald’s. Edisi Kamis, 16 September 2004
Kompas. 2006. Fast Food, Gorengan, Penyebab Kanker Usus. Edisi Senin, 11 September 2006
Kowalski, Robert E. 1990. Cholesterol & Children. Harper and Row Publisher. New York
Media Indonesia. 2003. Kemasan makanan. (Online). (http ://www.media.online.com/). Diakses tanggal 20 Januari 2007
Pikiran Rakyat. 2004. Makanan Cepat Saji Berbahaya. Edisi Rabu, 27 Oktober 2004
Sinar Harapan. 2004. Jangan Ajak Anak Gemuk Makan Fast Food. Edisi Rabu, 5 November, 2003
Sinar Harapan. 2004. Makanan Cepat Saji Picu Kanker Usus Besar. Edisi 12 Maret 2004
Sriwijaya Post. 2003. Pengaruh Makanan Cepat Saji. Edisi Senin, 14 Juli 2003
Suara Karya Online. Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji Berisiko Terserang Kanker. Edisi Rabu, 12 Juli 2006.

1 komentar:

mommyvonzechs mengatakan...

Terdampar di sini, dari Google.
O iya fast food emang banyak kandungan yang ga bermanfaat. paling dapetnya ya sementara enak dan kenyang saja, selanutnya ..........tunggu dampak negatifnya. Kecuali jika dibarengi dengan konsumsi makanan sehat lainnya. So.... masih enakan lalapan ya... atau pecel Madiun...kaya serat dan alami, serta banyak vitamin...Sehat dan kwenyanng, terus ga perlu harus ragu halal haramnya he...